Mimpi Si Anak Desa


Jam dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam. Agus masih belum selesai mengerjakan  tugasnya. Sebenarnya bukan tugas, menggambar adalah hobi Agus sejak masih kecil. "Hari sudah malam nakk.. Kenapa masih belum tidur? Tidurlah! besok kamu tidak boleh terlambat ke sekolah!" Kata ibu Agus seraya memperhatikan putranya menggambar di sebelah lentera kecil. "Baik bu", sahut Agus. Ia berniat untuk menyelesaikan gambarnya besok, setelah mendapat pinjaman pensil warna dari Angga. Sudah lama ia menginginkan pensil warna, persabatan si dua belas warna yang tersusun didalam kotak kertas. Namun, mentalnya belum berani meminta pada ibunya. Agus paham dan mengerti kalau pendapatan ibunya yang super ngepres untuk makan berdua tiga kali sehari. Malam yang melelahkan, agus  pun memutuskan terjun ke dunia mimpi yabg tinggi-tinggi sekali.

Kokokan ayam yang berkoar-koar, belum mampu menyadarkan agus dari dunia di bawah sadarnya. Ibu Agus, sedang menyiapkan sarapan untuk putranya, saat melihat Agus masih tertidur pulas ibunya memutuskan untuk membangunkannya. "Heh bangun nak..! Hari hampir siang, nanti kamu terlambat ke sekolah." katanya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Agus. "Sebentar bu, lima menit lagii.." sahut Agus ogah-ogahan seraya membetulkan selimut jarik rombeng miliknya. "Terserah, nanti terlambat dimarahi gurumu" kata Ibunya. Ibu Agus lanjut membuka jendela, udara pagi menusuk ke rumah kecil itu melalui jendela kayu. Hembusannya pun ternyata bisa membangunkan Agus. Ia bangkit dari tempat tidur menuju sumur di belakang rumahnya untuk mandi. Seragam yang mulai kekecilan, lekas ia kenakan. Menu sarapan nasi di temani telur mata sapi adalah kesukaannya. Pagi ini Agus memberanikan diri untuk meminta ibunya membelikan pensil warna. "Ibu.. Jika nanti ibu sudah punya uang, belikan aku pensil warna ya.." celoteh Agus seraya menelan nasi di mulutnya. "Iya Gus, nanti jika tikar nya sudah terjual akan ibu belikan pensil warna, sabar ya nak!" jawab Ibunya.

"Agus.. Agus.. " teriak seorang teman Agus dari teras rumah kayunya. "Iyaa.. sebentar.. " sahut Agus.  Pergi ke sekolah dengan berjalan kaki ramai-ramai menyimpan kebahagiaan tersendiri bagi anak anak di desa tempat tinggal agus. Berkilo-kilo meter bukanlah hambatan untikk mereka untuk pergi menuntut ilmu.

"Anak-anak tadi bapak kepala sekolah berpesan pada ibu untuk memberitahu kalian berkumpul di halaman sekolah" kata wali kelas Agus. Agus dan teman-temannya langsung menuju ke halaman. "Anak-anak, pada tanggal 16 Januari nanti, akan ada lomba menggambar tingkat kecamatan, pemenang lombanya akan mewakili kecamatan kita ke lomba berikutnya di tingkat kabupaten. Mulai hari ini, bapak dan ibu guru akan menyeleksi hasil karya kalian Tentunya yang terpilih akan mewakili sekolah kita. Sekian pengumuman dari bapak, apabila kurang jelas silahkan ditanyakan pada guru kalian di kelas." Semua siswa pun meninggalkan halaman sekolah dan menuju kelas masing masing. Sekolah Agus kini bisa dibilang pasar ikan, ramai namun menyenangkan. Disana-sini siswa asik menggambar dan mengerahkan seluruh kemampuannya agar lolos seleksi. Waktu istirahat tiba, saatnya para siswa mengumpulkan gambaran mereka di ruang guru. Tak lama papan pengumuman telah berisi pengumuman hasil seleksi. Isinya tentu sudah bisa ditebak. Agus lolos seleksi.

Perlombaan yang penuh penantian telah tiba, Agus bersama gurunya pergi ke kecamatan dengan percaya diri yang meluap-luap. Hamparan pasir pantai berwarna-warni yang tampak sangat nyata itu, berhasil memikat hati dewan juri. Lomba tingkat kecamatan siang itu telah mengantarkan Agus ke tahta yang lebih tinggi. Hari minggu, Agus sampai di pendopo kabupaten bersama bapak kepala sekolah dan ibunya. Persaingan di tingkat kabupaten tentu lebih ketat. Sebelum karya dikumpulkan agus menyaksikan karya peserta lain yang dirasanya lebih layak menjadi pemenang dibanding karyanya. Rasa pesimis menghampiri batin Agus. Untaian doa terus ia panjatkan kepada tuhan. Tiba saat pengumuman, panitia lomba berdiri di depan para hadirin yang tersihir oleh atmosfer yang pecah oleh suara berat sang panitia, “Berdasarkan berbagai pertimbangan para juri, kami telah memutuskan siapa pemenang lomba yang berhak mendapat beasiswa pendidikan melukis gratis di ibukota”. “Hah! Beasiswa gratis, mimpiku akan terkabul dengan itu. Aku harus menang. Katakan aku yang menang. Kumohonn. Katakan aku juaranya” batin Agus sambil menutup matanya dalam-dalam. Ia tak sadar bahwa di panggung seorang peserta telah mengangkat pialanya tinggi-tinggi. Berpotret dengan dewan juri sambil mengembangkan senyum sumringahnya. Agus masih tak percaya, ia gagal tahun ini. (GWSD/VII)

   

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Mari segera bergabung dengan kami.....
    di AjoKartu.com^^online 24 jam.
    segera di add black.berry pin 58CD292C.
    WwW.Ajokartu.com | bonus rollingan 0,3% | bonus referral 20% | minimal deposit 15000

    BalasHapus
  2. Mari segera bergabung dengan kami.....
    di AjoKartu.com^^online 24 jam.
    segera di add black.berry pin 58CD292C.
    WwW.Ajokartu.com | bonus rollingan 0,3% | bonus referral 20% | minimal deposit 15000

    BalasHapus